Header Ads

Alfi Rahmatin Ulya, Im learner of Islamic state univerity of surabaya east java

Membuat berita (Kemampuan Ekonomi Islam di Indonesia Lemah)

UNUSA Surabaya, 28 Februari 2017- Bapak wakil presiden Jusuf Kalla mengatakan, kalau kita berbicara soal ilmu selalu melihat kebelakang. Yang kita banggakan adalah masa lalu seperti tokoh ilmuwan Islam Ibnu Sina atau Al-Khawarizmi ahli ilmu Matematika.
               Islam berbangga dari sisi keagamaan, Alhamdulillah kita cukup baik dan tidak banyak negara bisa seperti itu. Tapi kita kekurangan dari sisi ekonomi, bagaimana agar kuat ekonominya dan sekaligus kuat teknologinya.
               Suatu negara akan dihormati dan dihargai dengan kemajuannya, bukan besar penduduk dan sejarahnya yang panjang. Seperti halnya waktu Cina miski  tidak dihargai tapi begitu dia kaya semua orang menghormatinya.
                Statistik ekonomi akhir-akhir ini sangat meyedihkan. Disampaikan bahwa 1persen keluarga Indonesia menguasai 50persen lebih kekayaan Indonesia, dan juga ada statistik bahwa 4pengusaha  besar di Indonesia sama dengan kekayaan 100 orang miskin Indonesia. Dan 90 persen orang miskin itu orang Islam, karena Islam adalah masyarakat mayoritas Indonesia.
                Dari sini dapat kita baca bahwa, dalam sisi ekonomi kita mayoritas dalam minoritas. Di kota-kota telah terjadi kesenjangan, dan disini poin pentingnya adalah bagaimana sebanyak mungkin generasi muda terjun di dunia usaha (entrepreneurship). Perdagangan adalah sunnah Rasulullah, Ulama'-ulama juga berdagang pada masa mudanya, seperti Hasyim Asyari dan Ahmad Dahlan.
             Di Indonesia golongan yang kaya dan sangat miskin sebagian beda agama. Jadi kesenjangan bisa sangat berbahaya jika tidak diisi semangat untuk maju, bahwa keadilan bukan hadiah melainkan harus didapat oleh setiap individu.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.