Kamis Kromo MI Da'watul Khoir Drenges Kertosono (Project UAS)
Kamis Kromo Lestarikan Nganjuk, 03 Mei 2016
Berawal
dari keprihatinan para Guru terhadap perilaku anak-anak yang tidak bisa
berbahasa jawa dengan kromo inggil, kemudian Madrasah menerima sebuah usulan dari bapak ibu wali murid MI Da’watul Khoir
Drenges Kertosono ini agar ditambah jam pembelajaran bahasa jawa dan usulan pun
diterima oleh pihak Madrasah.
Suatu respon yang baik dari pihak Madrasah, yakni
oleh salah satu guru sekaligus juga bendahara Madrasah. Beliau mengemas
kegiatan tersebut agar menjadi tambahan nilai untuk Madrasah tentunya. Ibu yang
akrab disapa dengan Bu Qibtiyah ini mengemas kegiatan tersebut menjadi Kamis
Kromo, kenapa pilih hari kamis tentunya tidak sedikit pertimbangan. Pertama
ketika hari senin hingga rabu pegawai wajib mengenakan seragam putih dengan
bawah gelap, kedua ketika hari jum’at dan sabtu adalah hari yang pendek
ditingkan MI, sehingga di putuskan hari yang tepat yaitu hari kamis, dengan ini
namanya adalah Kamis Kromo.
Program
Kamis Kromo di MI Da’watul Khoir ini adalah program pertama kali di daerah
Nganjuk. Program ini dikemas agar bagaimana caranya nilai nilai tersampaikan
dan anak benar-benar mengenal budayanya sendiri, tak lain adalah Budaya lokal
Jawa tradisional. Dari adatnya maupun bahasanya. Pada setiap hari kamis semua
siswa dan guru mengenakan busana adat jawa yaitu laki laki dengan surjan
(lurik) serta perempuan dengan kebaaya serta jarik.
Program
satu hari dalam tiap minggu ini wajib berbahasa jawa kromo inggil, mulai dari
siswanya hingga ketika guru mengajar dalam kelas. “awalnya hening mbak, karena
yang biasanya bertanya, kemudian ramai dengan teman, itu tidak ada karena
setiap berbicara harus dengan bahasa jawa kromo iggil” Ujar Ibu Mariyatul Qibtiyah
atau akrab disapa Bu Qib. Sekarang sudah berjalan dari Februari 2017 hingga
saat ini, jadi sudah teratur dan lancar.
Akhlaqul
Karimah adalah nilai paling utama yang sangat harus tersampaikan diprogram ini,
karena anak dengan berbahasa yang halus yakni berbahasa kromo inggil akan lebih
sopan, santun dan juga orang yang lebih tua usianya dari anak tersebut. Program
Kamis Kromo ini dibikin menyenangkan, tidak ada hukuman bila siswa tidak
menggunakan bahasa kromo namun tetap diingatkan dan diberitahu bahasa yang
benar karena dasarnya dalah To Educate jadi ada ruang salah yang
diberikan untuk siswa, beda dengan To Instruct yaitu tidak diberi ruang
kesalahan bagi siswa.
MI
Da’watul Khoir ingin menjadikan siswa, guru maupun wali murid bangga terhadap
budaya maupun adat tradisional Jawa. Selain menguasai bahasa lokal dan budaya
Jawa Madrasah juga ingin melestarikan budaya bangsa serta menanamkan rasa
memiliki terhadap warisan budaya yang semakin mahal harganya.
Tidak ada komentar: